Detikinvestigasi.com.BABEL
Ketua Persatuan Wartawan Republik Indonesia (PWRI) Bangka Belitung, Endy Nomansyah dalam waktu dekat akan segera menemui Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Kepulauan Bangka Belitung Irjen Pol Hendro Pandowo.
Maksud dan tujuan Kedatangan pria kelahiran Tanjung Pandan, Kabupaten Belitung ini. Untuk meminta kepada Kapolda Babel, satu angkatan Kapolri itu, menindaklanjuti pelaku kasus penyeludupan 90 ton timah yang terjadi di Dusun Kampak, Desa Jebus, Kecamatan Jebus, Kabupaten Bangka Barat.
Yang mana, menurut Endy kasus tersebut sampai saat ini masih menjadi Pr dan teka-teki. Dikarenakan pihak Kepolisian khususnya Polda Babel dan jajaran belum mengamankan para pelaku penyelundupan yang merugikan negara.
“Saya ikuti terus dari jaman Kapolda lama sampai Kapolda Baru belum ada tindak tegas para pelaku ini. Padahal sudah jelas nama para pelaku yang terlibat sudah dibuka media dan dibenarkan beberapa narasumber seperti Tomo ANG dan Perangkat Desa,” kata Endy kepada sejumlah wartawan di Kota Pangkalpinang, jumat (13/9/2024).
Bedasarkan Liputan Khusus dari rekan media. Tomo, diduga merupakan salah satu tangan kanan, Big Boss otak penyelundupan puluhan ton timah dari dermaga kampak.
Tomo diketahui mendapat mandat dari bos ANG sebagai panglima lapangan yang mengatur termasuk membiayai para kuli pikul ratusan kampil timah selundupan melalui kedua kakinya yakni Mul dan Saparudin untuk membayar upah pikul kepada masyarakat.
Ketua RT 03 Dedi, yang juga di konfirmasi Tinta Babel, terkait penyelundupan 90 ton membenarkan kegiatan bongkar muat timah tersebut. Malahan Ia mengaku ikut memikul timah yang dimaksud.
Ia menceritakan kalau upah memikul tersebut dibayar Rp.500/kg, yang mengejutkan lagi ia menceritakan kalau kapal yang memuat timah itu milik bos ANG. Tidak hanya kapal dermaga yang digunakan penyelundupan 90 ton juga milik ANG.
“Jadi begini ceritanya kalau dermaga dan kapal itu yang kami tau punya ANG, ini laporannya tapi tiba-tiba malam itu, ada orang bongkar kami pun terkejut juga dan Kadus juga kaget, jadi semua masyarakat disini ikut andil termasuk saya juga yang pikul timah itu,” kata Ketua RT.
Ia pun mengetahui bahwa timah tersebut dari Kecamatan Parittiga dan borongan masyarakat Rp.50juta, masyarakat sempat menanyakan bagaimana Pak Rt, ia cuma mengatakan kerja saja asal dapat uang.
Ketika ditanyakan apakah proses bongkar muat itu ada anggota yang stanby, Ia mengaku ada dua orang menggunakan pakaian preman. saat ditanyakan lagi selain Mul siapa lagi yang ikut komunikasi dengan kuasa pemilik barang, dikatakannya ada nama Saparudin.
Kepala Dusun (Kadus) Kampak Hasim, saat dikonfirmasi membenarkan adanya kegiatan tersebut di wilayah mereka. Namun ia tidak tahu pasti karena tidak ikut dalam proses bongkar muat karena malam itu dirinya sedang tertidur pulas.
Namun saat ditanyakan apakah benar ada nama Mul dan Saparudin yang merupakan warganya, menurut Hasim benar adanya nama itu. Tapi peran dari kedua itu merupakan koordinator lapangan dan ia menjawab tidak tahu.
“Nama itu ada disini mereka tinggal di ujung kalau mul dekat dermaga kalau Saparudin disana arah ke Jebus, kalau masalah pembayaran saya tidak tahu menahu,” ungkapnya.
Saat ditanyakan apakah Pak Hasim mengetahui Dermaga dan kapal itu punya siapa, dijelaskan Hasim bahwa dermaga tersebut baru di buat dan itu milik ANG dan anak buanya ada permisi ke perangkat desa.
“Kalau Dermaga itu miliknya ANG anak buanya yang permisi ke kami atas nama Tomo, mereka cuma bilang cuma pakai sekali dan selanjutnya dermaga itu untuk masyarakat siapa tau bisa digunakan untuk mancing,” ujarnya.
Saat kembali ditanyakan bahwa Tinta Babel mendapatkan informasi timah itu punya ANG. Menurut Hasim benar punya bos ANG itu, dan Ia pun mendengar semua dibayar Rp.45 juta dan tambahan 5 juta sebagai bonus.
“Punya ANG lah itu, jadi begini terus terang saja masyarakat tidak tahu menahu mereka cuma ambil upah memikul, sebesar Rp.400ribu, adalah sisa uang itu mereka masyarakat berikan kepada orang tua di Dusun ini, ada juga janda janda di sini dibagikan Rp 150 ribu sampai Rp 200 ribu,” mata Hasim.
Disinggung masalah izin buat dermaga siapa nama anak buahnya ANG, masih dikatakan Hasim dan menjawab itu adalah Tomo warga Dusun Kerang, Desa Jebus, anak buah ANG. Awal ceritanya dijelaskan Hasim.
Tomo menemuinya dan berkata mau membawa timah dari Dabo Singkep ke Jebus ternyata beda ceritanya yang ada timah dari sini bawa ke luar.
“Rumah Mul dipinggir dermaga itu coba saja kesana, kemarin pun sudah saya bilang itu kalau ada kegiatan disini kami tidak mau ada orang luar yang kerja ambil upah, kami tidak mau, jadi saya juga sudah tegaskan mereka timah itu mau di tangkap atau mau di apain kami tidak ada urusan yang jelas masyarakat kami cuma ambil upah pikul,” jelasnya.
Mul yang ditemui Tinta Babel, di kediamannya saat dikonfirmasi, Senin (18/3/24) membenarkan dirinya yang membayar gaji masyarakat. Ia pun mengakui hanya membantu Tomo.
“Kalau yang punya timah itu saya tidak tahu, saya dengan tomo, kami hanya diskusi masalah upah memikul, karena waktu itu saya bilang ke tomo kalau upah memikul nya tidak sesuai jangan muat disini,” ungkapnya.
“Jadi Tomo mengarahkan kepada saya bongkar dan kegiatan ini sepenuhnya, saya yang atur. Termasuk saya lah yang menerima uang pikul itu dan saya juga yang bagi uang itu ke masyarakat,” ucapnya.
Ia pun mengaku membayar ke masyarakat itu Rp.500/kg dan semua dana itu Rp.45 juta dan diberikan bonus nya lagi Rp. 5 juta jadi total Rp. 50 juta. Saat dikonfirmasi lagi apakah Mul mengetahui kepemilikan timah tersebut seperti yang dikatakan RT dan Kadus bahwa timah itu milik ANG, menurut Mul dirinya tidak tahu yang mana nama ANG itu. rupa ANG pun ia tidak mengetahui secara detail.
“Saya tidak tau punya siapa, saya tahunya cuma Tomo, adalah waktu seminggu masuk berita yang heboh. Itu teman dari Kota Pangkalpinang juga tanyak ke saya, punya siapa timah itu. Saya bilang tidak tau,” ungkapnya.
Saat ditanyakan mengenai keberadaan anggota Airud di pos ketika proses penyelundupan itu terjadi. Lanjut Mul setahunya tidak ada anggota Airud di pos dan waktu itu sepi karena proses bongkar muat itu pada malam minggu.
“Kapal ini kan dari luar sebenarnya, jadi informasi yang kami dapat itu kan, timah dari luar mau bawah kesini, ternyata dari sini mau bawah keluar, jadi malam itu, waktu itu kapal masuk saya bilang kok kosong mana timahnya, mana barangnya kami udah siap di dermaga itu, Tiba-tiba mobil datang bawah timah, kalau tomo ini setahu kami dia kerja sama ANG,” jelasnya.
Berbekal nama Tomo, Tinta Babel kembali mencari kediaman Tomo yang dimaksud, Senin (18/3/24) malam. Tomo untuk mengkonfirmasi keterlibata nya terkait penyelundupan timah 90 ton tersebut. Namun saat sampai di kediaman Tomo. Tomo tidak ada ditempat dan hanya bisa bertemu dengan sang istri yakni Safina, saat pulang dari sholat traweh.
“Bang tomo nya tidak ada, beliau lagi di laut, mau tanya masalah apa nanti besok saya sampaikan ke dia, suami saya pulang sekitar jam 11 siang besok.” tutup istrinya.
ANG bos yang dimaksud oleh perangkat desa, saat dikonfirmasi Tinta Babel, Senin (18/3/24) kemarin. Hingga berita ini dirilis memilih bungkam dan tidak membalas konfirmasi Tinta Babel melalui pesan WhatsApp.
Dalam hal ini Ketua PWRI Babel akan segera menyurati Kapolda Bangka Belitung dan menembuskan surat tersebut kepada Presiden Republik Indonesia dan Kapolri.
Untuk diketahui harga timah global saat ini mencapai Rp.470ribu/kg dan diduga Negara telah dirugikan atas perbuatan Tomo dan AnG senilai puluhan miliar rupiah.
Laporan.(Tim DPD PWRI Babel)