Detikinvestigasi.com.Jakarta.
Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden yang diusung PDI Perjuangan, Partai Persatuan Pembangunan, Partai Perindo dam Partai Hanura Ganjar Pranowo-Mahfud Md, menyampaikan pidato politik usai mendapatkan nomor urut 3 untuk kontestasi pilpres 2024 pada Selasa (14/10/2013) malam.
Ganjar Pranowo yang malam itu mengenakan baju coklat marun mendapat urutan ketiga untuk menyampaikan pidato biasa. Ganjar tidak menyia-nyiakan kesempatan itu untuk memberikan pesan-pesan pentingnya,terkait kontestasi pilpres 2024 mendatang.
Lewat pidato singkatnya Ganjar mengajak semua pihak untuk mengawal demokrasi dalam ajang pemilihan presiden (pilpres) 2024 agar berjalan jujur dan adil.
Pernyataan jujur dan adil ini sangat ia tekankan sekali dalam pidato itu dengan memberikan intonasi yang mendalam. Maksudnya adalah agar semakin menegaskan pentingnya pesannya itu (jujur dan adik) untuk disampaikan ke publik Setelah itu,
Ganjar berhenti sejenak. Sorot matanya tajam ke depan, bibirnya sedikit gemetar menyiapkan kata-kata berikutnya yang mungkin lebih membumi soal permintaannya tentang jujur dan adil.
Dari pesannya tersirat tidak hanya jujur dan adil saja yang ditekankan oleh Ganjar Pranowo. Ada yang lebih pokok dari itu, yaitu harus dapat menjauhkan diri dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme alias KKN.
Dari tiga kata itu, wacana “Nepotisme” menjadi kata yang makin banyak dicibir orang dalam berbagai obrolan di masyarakat terkait Gibran Rakabuming Raka menjadi Cawapres Prabowo Subianto.
Coba perhatikan di berbagai kanal YouTube, amat bising terdengar suara yang mencemooh akan penolakan perilaku nepotisme yang dinilai merusak sendi-sendi demokrasi.
Disampaikan Ganjar, perjalanan demokrasi ini memang kadang-kadang lurus,kadang-kadang berliku seperti aliran air. Tapi percayalah, air yang mengalir itu dia akan mengikuti arah batinnya Ini adalah pernyataan simbolisme yang pesannya penting disampaikan untuk pihak-pihak yang mencoba merusak tatanan demokrasi di Indonesia.
Capres yang diusung oleh PDIP, PPP, Hanura, Perindo itu, melanjutkan lagi frasa tentang berlikunya aliran air itu.
“Aliran air tidak akan bisa dibendung dengan cara apa pun. Apabila dipaksakan, maka air akan tetap mencari jalan hingga tiba di muara,” kata Ganjar.
Inilah sebuah pernyataan menohok dari Ganjar Pranowo yang dilukiskannya dalam bentuk simbolisme. Simbolisme yang dimaksud adalah dalam iklim demokrasi jangan mencoba memaksakan kehendak (kalau sedang berkuasa) melanggar etik demokrasi karena. Kata Ganjar, air akan tetap mencari hingga tiba di muara.
“Muara itulah muara demokrasi yang hari ini kita idam-idamkan. Dan tentu saja, inilah kesepakatan yang mesti kita jaga,” jelas dia.
“Setelah ini kita mesti bisa memastikan bahwa arah reformasi mesti kita tuntaskan. Demokrasi yang berjalan jurdil, situasi yang bisa berjalan pada rel dan kita selenggarakan dengan betul-betul membawa integritas yang jauh, jauh sekali dari unsur KKN, harus kita pastikan,” tegas Ganjar.
Hal itu menurut Ganjar merupakan amanat reformasi dan konstitusi yang saat ini dipegang teguh bangsa Indonesia. Tentunya, kata Ganjar, semua pihak harus dapat menyelamatkan demokrasi yang menjadi identitas bangsa ini.
Ia kemudian melanjutkannya lagi, “Diam itu bukanlah pilihan. Bicara, ungkapkan, dan laporkan praktik-praktik tidak baik yang akan mencederai demokrasi”.
[jgd/red]