Dr. Suriyanto PD, SH, MH, M.Kn.
Detikinvestigasi.com.Jakarta.
Indonesia, hanya dalam hitungan bulan, akan menggelar pesta demokrasi untuk memilih pimimpin bangsa lima tahun ke depan. Dalam perjalanannya, menuju kontestasi politik lima tahunan itu, diwarnai dengan berbagai peristiwa politik, mulai dari pengkhianatan hingga black campaign [kampanye hitam].
Politik, menjadi sebuah kalimat yang indah ditelinga kita, apalagi menjelang Pemilu, Pilkada, maupun Pilpres. Value politik bukanlah sekedar dipilih dan memilih, politik adalah ruh manusia sebagai makhluk sosial dalam membangun proses peradaban, Manusia politik tidak dapat dipisahkan dari perkembangan kehidupan.
Politik menjadi instrumen untuk membangun peradaban, dan setiap manusia di muka bumi ini yang lahir selalu dalam proses politik sebelumnya, bahkan dalam berbagai kehidupan sosial kita tidak dapat lepas dari kata politik. Oleh sebab itu, politik terus berkembang dan telah menjadi bagian dari ilmu pengetahuan (science).
Seiring perjalanan waktu, politik sering dimaknai dengan keliru, dimana untuk mencapai tujuan-tujuan politik untuk kepentingan tertentu, sering dilakukan dengan menghalalkan segala cara, termasuk dengan menjatuhkan pihak lain yang menjadi lawan politiknya.
Untuk membangun politik berperadaban, perlu diperkokoh dengan memperkuat kebudayaan, yang telah menjadi ruh dan ciri kita sebagai bangsa yang berbudaya.
Pembangunan kebudayaan merupakan langkah strategis dalam pengembangan politik bangsa. Karena budaya dapat menjadi kontrol terhadap politik ketika pada praktiknya menanggalkan martabat dan integritas manusia.
Kebudayaan mengandung pola perilaku sosial masyarakat dan politik merupakan salah satu bagian dalam dinamika kebudayaan. Sehingga pengembangan budaya diharapkan mampu mempengaruhi pembangunan politik menjadi lebih baik, karena pada hakikatnya budaya bukan sebuah konsep abstrak tetapi sebuah realitas yang berwujud cara hidup suatu kelompok masyarakat. Oleh karena itu, berpolitik dalam konteks Indonesia mesti bertolak dari sumber nilai dan norma utama kemanusiaan dan kebudayaan Indonesia.
Untuk mewujudkan pemilu 2024 yang bermartabat dan berbudaya bahwa antara pemilih, peserta pemilu, dan penyelenggara pemilu sebagai aktor dalam pemilu harus menyadari pentingnya bersinergi. Agenda pemilu ini harus sesuai dengan tujuan demokrasi untuk memanusiakan manusia dan pemilu merupakan sarana demokrasi.
Marilah kita sambut pemilu 2024 ini, sebagai layaknya pesta demokrasi yang sejuk, bermartabat, riang gembira. Harapan kita semua, tentunya, akan lahir pemimpin bangsa yang bisa membawa bangsa ini lebih baik lagi, dan sejahtera. Pilihlah pemimpin yang memilki integritas dan komitmen untuk mensejahterakan rakyat lahir batin dan jelas asal usulnya. Jangan pilih pemimpin yang hanya mengedepankan dinasti untuk melanggengkan kekuasaan.*(Pakar Hukum, Dosen Perguruan Tinggi Swasta di Jakarta)
*